Tokoh
Pemimpin Sejati Yang Menginspirasi: Anak Agung Gde Mayun Purnama: Kades yang Menggunakan Dana Operasionalnya Untuk Berbagi
Jumat, 07 Maret 2025
Kades desa petak
GIANYAR | Newsyess.com – Dalam dunia kepemimpinan, tidak banyak yang rela mengorbankan hak pribadinya demi kepentingan orang banyak. Namun, Anak Agung Gde Mayun Purnama, Kepala Desa Petak, Gianyar, telah menorehkan teladan luar biasa. Sejak menjabat pada 1 Februari 2022, kini genap tiga tahun satu bulan, ia terus menjalankan prinsip "suka bersama, duka bersama" dengan mengembalikan seluruh dana operasional kepala desa untuk masyarakat.
Dana yang seharusnya menjadi biaya operasional pribadinya, justru dialokasikan untuk kegiatan sosial, keagamaan, dan adat. Setiap piodalan, upacara keagamaan, pernikahan, hingga upacara kematian, tak lepas dari sentuhannya. Bagi Pak Kades Mayun, berbagi bukan sekadar kewajiban, melainkan panggilan jiwa.
Mengabdi dengan Tulus: "Hidup Itu Tentang Memberi"
"Kenapa dana operasional dikembalikan ke masyarakat? Karena hakikat kepemimpinan adalah ngayah, mengabdi dengan tulus. Saya sudah mendapatkan gaji dan tunjangan, itu cukup. Jangan colak-colek yang lain. Lebih baik dana ini kembali ke warga untuk keperluan adat, agama, dan sosial," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Baginya, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tetapi amanah. Ia sadar bahwa masyarakat membutuhkan pemimpin yang hadir dalam suka dan duka. Saat warga menggelar upacara Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, atau Manusa Yadnya, ia hadir bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai keluarga yang ikut merasakan kebahagiaan dan kesedihan.
"Saat ada warga meninggal dunia, saya harus datang. Memberikan semangat kepada keluarga yang berduka, menengok, dan membantu upacara. Dana ini sebenarnya bukan milik saya, ini milik masyarakat. Maka, harus kembali ke mereka," tuturnya.
Dana Rp 100 Juta Setahun untuk Rakyat: Habis Tak Bersisa
Setiap tahun, dana operasional kepala desa di Desa Petak mencapai Rp 100 juta. Luar biasanya, angka ini habis seluruhnya untuk kepentingan masyarakat. Jika kurang, ia tak segan merogoh gaji pribadinya.
"Kadang kurang, karena di Bali ini kegiatan adat dan agama sangat banyak. Sehari bisa ada beberapa upacara. Saya lebih sering pakai pakaian adat daripada baju dinas karena langsung dari kantor ke warga yang punya acara," katanya.
Tak hanya upacara besar, kegiatan kecil seperti ulang tahun sekaa teruna (STT) atau kegiatan pemuda desa pun mendapat perhatiannya. Ia tak pernah menolak undangan, bahkan sering memberikan donasi dari kantong pribadinya.
Dukungan Keluarga: Istri dan Anak yang Sejalan dalam Pengabdian
Menyisihkan dana operasional sepenuhnya untuk masyarakat tentu bukan keputusan ringan. Namun, istri dan anak-anaknya justru mendukung sepenuh hati.
"Istri saya satu frekuensi. Ikhlas menjalani. Tidak pernah menuntut. Karena dia tahu, rezeki bukan hanya uang, tetapi juga berkah dalam kehidupan," ujar Pak Kades dengan penuh syukur.
Ia juga membiasakan anak-anaknya untuk tumbuh dalam nilai ngayah, agar kelak mereka memahami bahwa hidup bukan sekadar mencari, tetapi juga memberi.
"Saya ajarkan sejak kecil bahwa rezeki itu bukan diukur dari berapa banyak yang kita kumpulkan, tetapi seberapa banyak yang kita bagikan," katanya penuh makna.
"Tidak Ada Orang Berbagi Menjadi Miskin"
Bagi Anak Agung Gde Mayun Purnama, berbagi bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga bagian dari keyakinannya.
"Dua setengah persen dari rezeki kita harus kita bagi kepada mereka yang membutuhkan. Itu sudah ajaran agama," ujarnya.
Ia meyakini, semakin banyak memberi, semakin banyak keberkahan yang datang. Bahkan, meski suatu hari ia tak lagi menjabat sebagai kepala desa, ia akan tetap menjalani prinsip ini.
"Rezeki sudah ada jalannya. Tidak akan tertukar. Tidak ada orang berbagi yang menjadi miskin. Justru dengan berbagi, kita semakin kaya dalam kebahagiaan," pungkasnya.
Pemimpin yang Patut Dicontoh
Di tengah dunia yang kerap dipenuhi kepentingan pribadi, Pak Kades Mayun Purnama hadir sebagai inspirasi bagi banyak pemimpin lain. Ia membuktikan bahwa jabatan bukan untuk memperkaya diri, tetapi untuk melayani dengan sepenuh hati.
Sebuah pesan sederhana, tetapi bermakna mendalam: "Hidup ini bukan soal seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita berikan." (TimNewsyess)
TAGS :