Tokoh
Seniman Bedulu, I Gusti Ngurah Astawa: “Pameran Seperti Ini Harus Terus Ada, Demi Apresiasi dan Jiwa Berkesenian”
Minggu, 06 April 2025
Seniman asal Bedulu
Ubud, Newsyess.com – Di tengah rimbun hutan Monkey Forest Ubud, seni tidak sekadar digelar, tetapi disemai dan dirayakan. Salah satu sosok yang turut menyemarakkan pameran seni budaya yang di laksanakan oleh Komunitas Arsa Rupa bertajuk “Ngapti Urip Wanarawana”, yang berlangsung 6–30 April 2025, adalah I Gusti Ngurah Astawa, seniman lukis asal Bedulu, Gianyar.
Astawa menyambut hangat dan penuh apresiasi atas terselenggaranya pameran ini. Baginya, ruang-ruang seperti ini sangat penting, bukan hanya sebagai tempat memamerkan karya, tapi juga sebagai sarana tumbuhnya apresiasi dan peningkatan prestasi para seniman.
“Menurut saya, pameran seperti ini luar biasa. Ini adalah wadah untuk meningkatkan apresiasi, untuk mengenalkan karya, bahkan membuka peluang jual beli lukisan. Kalau tidak dipamerkan, bagaimana orang tahu?” ungkapnya saat ditemui di sela kegiatan.
Astawa, yang dikenal dengan karya-karya lukisan bertema “barong”, mengungkapkan bahwa peluang penjualan lukisan di pameran ini sangat terbuka, tergantung pada ukuran karya dan harga yang ditawarkan. Ia menyebut bahwa harga lukisannya berkisar mulai dari Rp3 juta hingga tak terbatas, tergantung ukuran, detail, dan kekuatan artistiknya.
“Lukisan itu tergantung mood. Kadang saya bisa menyelesaikan dalam dua bulan, kadang lebih lama. Karena berkarya itu tidak seperti memutar tombol. Ia butuh rasa, suasana batin yang tepat,” katanya pelan, seolah sedang menimbang warna di atas kanvas.
Bagi Astawa, pameran seperti “Ngapti Urip Wanarawana” adalah nafas baru bagi geliat seni rupa di Bali. Ia pun berharap, pemerintah bisa memberikan dukungan lebih nyata baik melalui fasilitas, promosi, maupun keberpihakan anggaran.
“Kalau bisa pemerintah lebih peduli, menyediakan ruang pamer, memberi bantuan untuk promosi, ya minimal hadir dan mengapresiasi,” harapnya.
Tak lupa, Astawa juga menitipkan pesan untuk sesama perupa di Gianyar dan Bali pada umumnya. Ia mengajak para pelukis untuk terus berkarya, saling mengisi, dan berbagi ilmu dalam semangat kebersamaan.
“Mari kita saling menguatkan sebagai seniman. Kita tidak berjalan sendiri. Ilmu seni itu tumbuh ketika dibagikan, ketika kita bersama dalam satu semangat,” ujarnya menutup pembicaraan.
Lewat karya dan kata, Astawa menunjukkan bahwa seni adalah bahasa hati yang tak lekang oleh waktu. Dan pameran seperti ini, menjadi titik temu antara imajinasi dan kenyataan antara seniman dan masyarakat. (TimNewsyess)
TAGS :