Desa Adat

Upacara Pemunggelan di Puri Ageng Nyalian: Harmoni Alam dan Tradisi Bali dalam Buddha Kliwon Pegat Uwakan

 Rabu, 30 Oktober 2024

Puri Ageng Nyalian klungkung

Newsyess.com, Klungkung. 

  

Klungkung, Newsyess.com – Puri Ageng Nyalian di Desa Nyalian, Klungkung, menjadi saksi pelaksanaan upacara adat Pemunggelan, sebuah tradisi sakral yang dilakukan pada Buda Kliwon Pahang atau Buda Kliwon Pegat Uwakan, Rabu (29/10/2024). Upacara ini menandai berakhirnya rangkaian Hari Raya Galungan, sekaligus menjadi momentum penting bagi masyarakat Bali dalam menjaga keharmonisan alam semesta, baik secara sekala (dunia nyata) maupun niskala (dunia spiritual).  

Cokorda Gede Brasika Putra, SH, Bandesa Adat Nyalian sekaligus Ketua Umum Pasemetonan Warih Ida Dewagung Panji, menyampaikan bahwa upacara Pemunggelan bukan hanya ritual penutup rangkaian Galungan, tetapi juga sebuah perayaan penting untuk menjaga keseimbangan alam dan spiritualitas masyarakat. 

“Hari ini merupakan Buda Kliwon Pegat Uwakan, yang jatuh setiap 210 hari atau enam bulan sekali, tepatnya 35 hari setelah Hari Raya Galungan. Upacara ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian Hari Raya Galungan,” ujar Cokorda Gede Brasika Putra.

Rangkaian Upacara: Dari Pencabutan Penjor hingga Pembakaran Hiasan Galungan

Dalam prosesi ini, penjor (hiasan bambu) yang dipasang di depan rumah selama perayaan Galungan dicabut dan semua dekorasinya dikumpulkan untuk dibakar. Abu dari pembakaran ini kemudian dimasukkan ke dalam klungah gading (tempurung kelapa kuning) dan ditanam kembali di tempat penjor semula dipasang.  

“Penanaman abu klungah gading ini melambangkan keharmonisan alam dan sebagai upaya untuk menyeimbangkan alam sekala dan niskala,” tambah Cokorda Brasika.  

Selain mencabut penjor, upacara ini juga menjadi waktu bagi umat Hindu Bali untuk mendekatkan diri kepada para leluhur dan memuja Ida Betara Lelangit (dewa-dewi penjaga langit), memohon berkat agar alam beserta isinya tetap harmonis dan terjaga keseimbangannya.

Makna Spiritual: Selesainya Tapa Brata dan Renungan Suci

Menurut tradisi, Buda Kliwon Pegat Uwakan juga menandakan selesainya Tapa Brata (pertapaan) bagi para wiku (pendeta) yang melakukan renungan suci. Pada hari ini, umat Hindu diingatkan untuk mengingat kembali swadharma atau kewajiban spiritual mereka, baik kepada keluarga, lingkungan, maupun alam semesta.  

“Selain memuja leluhur dan dewa-dewa, upacara ini mengingatkan kita untuk saling asah, asih, dan asuh, tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan,” jelas Cokorda Brasika.

Pesan Kehidupan: Menyesuaikan Tradisi dengan Perkembangan Zaman

Dalam sambutannya, Cokorda Gede Brasika juga menekankan pentingnya menyesuaikan tradisi adat dengan perkembangan zaman. Meskipun teknologi dan modernisasi terus berkembang, nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, kepedulian terhadap lingkungan, dan kasih sayang tetap harus dipelihara.  

“Semoga dengan upacara ini, kita dapat terus menjaga keharmonisan dalam keluarga dan alam. Kita berharap masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tanpa melupakan nilai tradisi,” tambahnya.  

Upacara Adat sebagai Wujud Kebersamaan dan Kepedulian

Upacara ini dihadiri oleh tokoh adat dan masyarakat Desa Nyalian, memperlihatkan kuatnya kebersamaan dan semangat gotong-royong dalam menjaga tradisi. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam, Pemunggelan di Puri Ageng Nyalian juga menjadi simbol harapan agar seluruh masyarakat hidup rukun dan alam semesta tetap seimbang.  

"Semua ini kita lakukan demi keseimbangan dan ketenangan alam, agar kita bisa hidup berdampingan dengan alam dan sesama dengan harmoni," tutup Cokorda Gede Brasika Putra.  

Buda Kliwon Pegat Uwakan: Simbol Akhir dan Awal Baru

Upacara Buda Kliwon Pegat Uwakan adalah salah satu momen penting dalam kalender adat Bali. Dengan berakhirnya rangkaian Galungan dan Guningan, masyarakat Bali memulai siklus kehidupan baru dengan harapan dan energi positif. Upacara ini juga menjadi pengingat bagi umat Hindu Bali untuk terus memperkuat hubungan mereka dengan alam dan spiritualitas, sehingga dapat menjalani kehidupan yang seimbang di tengah perubahan zaman. (TimNewsyess)


TAGS :



Siapa Calon Bupati Badung Terfavorit Pilihan Anda?

Polling Dimulai per 1 Juli 2024