News
*Desa Petak Gianyar Kembangkan Pertanian Organik Berbasis Teknologi Konsorsium Mikro Organisme Lokal (MOL)**
Minggu, 26 Mei 2024
Desa petak jadi pioner organik
**Desa Petak Gianyar Kembangkan Pertanian Organik Berbasis Teknologi Konsorsium Mikro Organisme Lokal (MOL)**
**Gianyar, Newsyess.com** – Desa Petak di Gianyar menjadi pionir dalam pengembangan pertanian organik berbasis teknologi Konsorsium Mikro Organisme Lokal (MOL). Program ini didukung oleh RS Basuki, Ibu Putri, dan tim ahli teknologi MOL, Deden Lesmana. Pada Minggu, 26 Mei 2024, tim Newsyess berkesempatan mengunjungi Puspa Aman Desa Petak untuk mengetahui lebih lanjut tentang inovasi ini.
Dalam wawancara, RS Basuki menjelaskan, “Kami menggunakan sampah organik sebagai media tanam. Sampah ini melalui proses fermentasi alami yang menghasilkan pupuk organik yang efektif. Dalam proses ini, bakteri berperan penting, meskipun sering dilupakan dalam pertanian modern yang banyak menggunakan bahan kimia.”
Menurut Basuki, pengelolaan sampah organik melibatkan fermentasi kotoran sapi yang biasanya membutuhkan waktu dua bulan untuk digunakan sebagai pupuk. “Dengan teknologi MOL, kami bisa langsung menggunakan kotoran sapi yang dicampur dengan cairan bakteri tanpa perlu menunggu dua bulan. Ini memungkinkan kami untuk menanam hari itu juga,” jelasnya.
Deden Lesmana menambahkan, “Penggunaan mikroorganisme lokal dalam proses ini mempercepat pengomposan sampah organik dan mengurangi bau tidak sedap. Media tanam yang kami gunakan seluruhnya berasal dari sampah organik, sehingga tidak memerlukan tanah sama sekali.”
Pertanian organik di Desa Petak mengikuti prinsip keseimbangan alam. “Kami mengajarkan konsep pertanian yang seimbang dengan alam. Jika ingin memanen satu ton padi, kita harus mengembalikan minimal satu ton bahan organik ke tanah. Ini memastikan tanah tetap subur dan tidak ‘menderita’,” ungkap Lesmana.
Deden juga menjelaskan tentang manfaat besar dari metode ini, “Sampah organik memberikan nutrisi lengkap yang dibutuhkan tanaman. Kami menambahkan pupuk dasar seperti nitrogen, fosfor, dan kalium (NPK), tetapi bahan utama tetap berasal dari sampah organik.”
Implementasi teknologi MOL di Desa Petak telah menunjukkan hasil yang mengesankan. “Kami telah membuktikan hasil panen cabe di lahan demplot mencapai dua ton. Media tanam yang digunakan adalah campuran sampah organik dan kotoran hewan yang difermentasi dengan bakteri lokal,” kata Basuki.
Dengan keberhasilan ini, Desa Petak tidak hanya mengatasi masalah sampah, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan. “Kami berharap generasi muda Bali terinspirasi untuk memperbaiki lingkungan dengan pertanian organik. Dengan lahan yang ada, kita bisa menghasilkan lebih banyak tanpa harus pergi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan,” ujar Basuki.
Kepala Desa Petak, Anak Agung Gde Mayun Purnama, mengimbau masyarakat Gianyar untuk membawa sampah organik ke Desa Petak. “Jika ada sampah organik yang tidak tertangani di Gianyar, bawalah ke desa kami. Kami akan mengolahnya menjadi pupuk organik yang bermanfaat,” ajaknya.
Dengan inovasi ini, Desa Petak telah membuktikan bahwa dengan teknologi dan pendekatan yang tepat, sampah organik bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk pertanian dan lingkungan. Program ini diharapkan menjadi model bagi desa-desa lain di Bali dan sekitarnya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian organik dan pengelolaan sampah yang efektif.(timnewsyess)
TAGS :
Polling Dimulai per 1 Juli 2024