Tokoh

Dewa Ketut Raka: Mengubah Gundukan Sampah Menjadi Destinasi Wisata Berkelas di Bali

 Jumat, 07 Februari 2025

Tokoh inspiratip dari desa Kedisan

Newsyess.com, Gianyar. 

Gianyar | Newsyess.com - 7 Februari 2025 – Ketika inovasi bertemu dengan tekad yang kuat, sebuah perubahan besar pun terwujud. Inilah yang dilakukan oleh Dewa Ketut Raka, Kepala Desa Kedisan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Di tangannya, sebuah kawasan yang dulunya hanyalah tumpukan sampah kini menjelma menjadi Ulu Petanu Waterfall, destinasi wisata alam yang tengah naik daun di Bali.

Bertemu dengan Newsyess.com di kantornya pada Jumat (7/2), Dewa Ketut Raka berbagi perjalanan panjangnya dalam membangun Desa Wisata Kedisan, sebuah inisiatif yang kini menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Membangun dari Nol: Dari Tumpukan Sampah Menjadi Sumber Penghasilan

Dewa Ketut Raka bukanlah kepala desa biasa. Berlatar belakang sebagai pengamat irigasi, ia memiliki kecintaan mendalam terhadap lingkungan, terutama dalam pemanfaatan sumber daya air. Ketika menjabat sebagai Kades, ia melihat potensi besar di Ulu Petanu, sebuah kawasan yang saat itu hanya menjadi tempat pembuangan sampah.

"Dulu, Ulu Petanu hanya gundukan sampah, tempat pembuangan yang kumuh. Saya berpikir, mengapa tidak kita ubah menjadi sesuatu yang lebih baik? Dengan semangat gotong royong, saya mengajak komunitas Ayuni Ulu Pertama dan kader lingkungan lainnya untuk membersihkan kawasan ini,"l
 ujarnya.

Perlahan namun pasti, pembersihan pun dilakukan. Sampah yang bertumpuk diganti dengan keindahan alam yang kini bisa dinikmati wisatawan. Dengan kerja keras dan dedikasi, pada Februari 2023, Ulu Petanu Waterfall resmi dibuka untuk umum. Keindahannya yang alami segera menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dari Cemoohan Menjadi Kesuksesan

Perjalanan ini tidak selalu mulus. Awalnya, banyak pihak yang meragukan proyeknya, bahkan mencemoohnya.  

"Saat awal membangun, banyak yang mengatakan saya akan gagal. Ada yang bilang, 'Rugi kita pilih kepala desa berlatar belakang irigasi, kerjanya malah ngurus sungai.' Tapi saya tetap maju. Saya percaya, sungai bukan hanya sumber air, tetapi juga sumber kehidupan," ungkapnya.

Kini, semua skeptisisme itu terbantahkan. Ulu Petanu Waterfall berkembang pesat dan menjadi sumber pendapatan besar bagi desa. Dalam sebulan, rata-rata 12.000 wisatawan berkunjung, dengan harga tiket yang baru dinaikkan menjadi Rp30.000 per orang. Artinya, pemasukan dari wisata ini bisa mencapai Rp360 juta per bulan.  

Dari pendapatan ini, 15% diberikan kepada desa adat, yang sejauh ini telah menyumbang lebih dari Rp376 juta untuk pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat.

Memberdayakan Masyarakat, Meningkatkan Kesejahteraan

Bukan hanya menciptakan destinasi wisata, Dewa Ketut Raka juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Saat ini, 12 tenaga kerja terlibat langsung dalam operasional wisata, termasuk warga lanjut usia yang tetap diberikan peran sebagai penjaga kebersihan.

"Saya tidak hanya ingin membangun wisata, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Orang tua yang tidak bisa bekerja berat tetap bisa berkontribusi, misalnya dengan menyapu atau menjaga kebersihan area wisata," jelasnya.

Selain itu, pendapatan dari wisata juga digunakan untuk mendukung pengembangan desa. Mulai dari peningkatan fasilitas umum hingga mendukung kegiatan adat dan budaya.

Mimpi Besar ke Depan: Mengembangkan Wisata Air di Kedisan

Dengan sisa masa jabatannya sekitar dua tahun, Dewa Ketut Raka masih memiliki banyak rencana besar. Ia ingin menjadikan Ulu Petanu Waterfall sebagai destinasi wisata berbasis alam yang lebih eksklusif dan terjaga. Salah satu impiannya adalah membangun waterboom alami di sepanjang Sungai Ulu Petanu.

"Saya ingin mengembangkan wisata air lebih jauh. Bukan hanya air terjun, tetapi juga wahana berbasis air lainnya yang tetap menjaga kelestarian alam. Kita bisa belajar dari desa-desa wisata sukses di luar Bali," katanya dengan semangat.

Namun, ia juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah dan provinsi. Ia berharap Dinas Pariwisata, Bupati, hingga Gubernur Bali dapat memberikan perhatian lebih, terutama dalam aspek legalitas dan pengelolaan lingkungan.

"Saya mohon agar Ulu Petanu Waterfall bisa diresmikan sebagai destinasi wisata berbasis alam yang dilindungi, sehingga tidak ada pembangunan yang merusak keasliannya," tegasnya.

Menatap Masa Depan dengan Optimisme

Keberhasilan Ulu Petanu Waterfall membuktikan bahwa dengan tekad dan inovasi, perubahan besar bisa terjadi. Dewa Ketut Raka bukan hanya membangun destinasi wisata, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang luas bagi masyarakat Kedisan.

Di akhir perbincangan, ia berpesan kepada masyarakatnya, "Mari kita bangun desa ini bersama. Jangan hanya jadi penonton, tetapi ikut menikmati manisnya pariwisata. Kedisan memiliki potensi besar, dan kita harus terus berkembang."

Dengan kunjungan wisatawan yang terus meningkat dan berbagai rencana pengembangan di masa depan, Desa Kedisan kini tidak hanya dikenal sebagai bagian dari Ubud, tetapi juga sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Bali.(TimNewsyess)


TAGS :