News
Ditekuni Sejak Kecil, Usaha Koi di Desa Bakbakan Bernama Yorikufarm, Mampu Pasarkan Ikan Tembus Luar Daerah
Senin, 24 Juli 2023
Perternak ikan koi dari desa bakbakan
Gianyar, Newsyess.com -
Peternak koi yang berasal dari Desa Bakbakan bernama Nyoman Ariyoga, M. Pd, yang juga selaku Dosen Stahn MPU Kuturan Singaraja, mengembangkan usaha koi sejak tahun 2010. Saat itu, Nyoman Ariyoga sedang duduk di SMP dan beranjak ke SMA.
Dirinya sejak kecil tertarik dengan dunia ikan hias. "Seiring waktu, kami belajar dengan ikan hias, saya tertarik koi. Awal koi yang diberi yang notabene punya kualitas yang kurang dibandingkan yang import atau good kualitas," jelasnya ketika ditemui newsyess pada, Minggu, 23/7/2023 di Rumahnya di Banjar Kangin Desa Bakbakan, Gianyar.
Ketertarikannya itu ditekuni dan dipelajari mana yang baik dan genetik bagus. "Sampai hari ini di 2023 kami punya farm bernama Yurikofarm khusus teman pencinta koi di sekitar rumah," jelas dia.
Sejak pandemi, ikan dari Jepang dengan size 80 cm, kini banyak ikan koi beredar. "Tentunya harganya bukan lagi Rp 100 ribu dapat 2. Harganya Rp 500 ribu ke atas," jelasnya.
Adapun konsumen adalah yang cinta koi dan punya pengetahuan koi. Bahkan tahu mana koi bagus dan tidak. "Kehadiran Yurikofarm menjawab tantangan dimana pencetak ikan koi berinovasi memberikan produk yang diminati oleh penghobi koi," jelas dia.
Diakui, banyak koi di Bali beredar. Namun dari sisi kualitas belum semuanya. "Saya menjawab dan menjual dan memberikan support terbaik bagi penghobi," jelasnya.
Untuk pemula, untuk penggemar lebih baik membuat kolam seadanya dengan budget tidak tinggi. "Kecuali ekonomi menengah atas silahkan. Kalau ekonomi standar seperti saya bisa budgetnya 2x3 meter dengan kedalaman 1 meter. Biaya tergantung pemilik. Kalau hanya minimalis, tentu bisa tekan budget," jelasnya.
Di Bali, hanya tukang handal membuat kolam. "Yang dipertimbangkan adalah pipa air dan filter. Karena air yang penting. Kalau tidak sehat, banyak amuniak, 10 hari bisa mati karena amuniak jadi racun," jelasnya.
Untuk air, usahakan air dari sumur. Kalau pakai PDAM, ada kadar kaporit. "Untuk PDAM tampung airnya 1-2 hari, baru salurkan ke kolam untuk minimalkan racun di air," jelasnya.
Kini, sebagai penghobi dia memulai farm pada 2018. "Dimulai coba mengawinkan koi. Kami khawatir indukan mati saat kawin. Pasaran kami sementara di Bali dan di luar Bali," jelasnya.
Pihaknya biasa jual ikan keluar Bali dengan skala kecil. Diakui, fasilitas kolam masih kecil karena tidak pakai empang. "Namun ikan yang kami jual berkualitas," jelas dia.
Untuk menularkan hobi, di Bakbakan ada lebih dari 30 penghobi. "Pertanyaan sekarang apa mau berkembang. Kita harus tingkatkan pelajaran. Up grade lagi, apa kurangnya koi kita. Maka harus belajar. Karena di koi tidak ada istilah master, mari sama belajar, hanya pengalaman yang jadi guru," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini, penghobi datang sendiri ke Yurikofarm yang di up load di media sosial. "Banyak pedagang kesini datang untuk dijual kembali," jelasnya.
Selanjutnya mengenai pendapatan, dirinya mengaku tidak bisa menghitung di nominal. "Tergantung seberapa banyak kualitas ikan yang dikeluarkan dalam 6 bulan. Dalam 6 bulan jual koi Rp 30 juta, maka sebulan dibagi, tentunya bagi operasional juga," ujar dia.
Bahkan, dia tidak bisa berikan harga normal. "Karena yang beli teman, tapi uang gak sampai, maka saya gak tega. Ini jadi wadah cari teman dan jalin ikatan dalam dunia koi. Saya anggap ini hobi," tutupnya. (Ngakan Suardika)
TAGS :
Polling Dimulai per 1 Juli 2024