Tokoh
Kebijakan Busana Adat Bali: Menguatkan Identitas Budaya dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Era Kepemimpinan Gubernur Wayan Koster
Minggu, 15 September 2024
Kebijakan Bapak wayan Koster
Denpasar, Newsyess.com – Di bawah kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster pada periode 2018-2023, Provinsi Bali memasuki era baru pembangunan dengan visi besar "Nangun Sat Kerthi Loka Bali". Visi ini menjadi panduan dalam membangun Bali secara menyeluruh melalui konsep "pola semesta berencana" yang menekankan keseimbangan antara aspek fisik (skala) dan spiritual (niskala). Fokus utama visi ini adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat Bali baik dari sisi material maupun spiritual, sembari menjaga kelestarian budaya dan lingkungan Bali.
Salah satu pilar penting dalam mewujudkan visi ini adalah kebijakan Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Gubernur Wayan Koster, melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018, menetapkan penggunaan busana adat Bali setiap hari Kamis, Hari Purnama, Tilem, serta hari-hari jadi pemerintah daerah. Kebijakan ini tak hanya menjadi simbol kebanggaan budaya, namun juga sebagai bentuk pelestarian jati diri dan karakter masyarakat Bali di tengah derasnya arus globalisasi.
Pelestarian Budaya Melalui Busana Adat Bali
Gubernur Wayan Koster menegaskan bahwa busana adat Bali merupakan identitas budaya yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. "Busana adat Bali mengandung nilai-nilai spiritual, etika, estetika, dan ekonomi yang tinggi. Selain menjadi simbol kebanggaan dan warisan leluhur Bali, busana adat juga memainkan peran penting dalam memperkuat karakter dan jati diri masyarakat Bali," ungkap Koster dalam berbagai kesempatan.
Dengan diberlakukannya kebijakan penggunaan busana adat, masyarakat Bali diingatkan akan pentingnya menjaga tradisi dan warisan leluhur. Di tengah pesatnya perkembangan dunia modern, Bali tetap teguh memegang prinsip keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian budaya. Kebijakan ini juga menjadi refleksi dari komitmen pemerintah dalam melestarikan nilai-nilai budaya yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali.
Dampak Positif Terhadap Perekonomian Lokal
Selain menjaga kelestarian budaya, kebijakan ini juga memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Bali, terutama di sektor industri busana adat dan kerajinan tradisional. Industri kecil dan menengah (IKM) serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak dalam produksi busana adat, seperti tenun endek, songket, dan aksesoris adat lainnya, mengalami peningkatan produksi dan permintaan yang signifikan.
I Dewa Ayu Kartika Dewi, pemilik usaha pertenunan Endek Pelangi Sidemen, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Bali. “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Gubernur Wayan Koster atas kebijakan penggunaan busana adat Bali setiap hari Kamis. Kebijakan ini benar-benar membantu usaha kami dalam meningkatkan produksi kain tradisional Bali, seperti kain endek. Permintaan meningkat pesat, sehingga industri tenun kami berkembang lebih baik dari sebelumnya,” kata Dewa Ayu dengan antusias.
Kebijakan ini tak hanya berdampak pada pengrajin busana adat, namun juga menggerakkan roda ekonomi para pedagang kain tradisional dan pengusaha di sektor mode. Seorang pedagang kain adat di Denpasar menambahkan bahwa penjualan kain tradisional meningkat signifikan sejak kebijakan ini diberlakukan. "Setiap Kamis, kami melihat banyak masyarakat yang datang membeli busana adat untuk keperluan sehari-hari. Kebijakan ini benar-benar membantu kami dalam mengembangkan usaha," ujarnya.
Menguatkan Karakter Bali di Tengah Globalisasi
Kebijakan hari penggunaan busana adat Bali tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Ini adalah wujud nyata dari penguatan karakter dan jati diri masyarakat Bali di tengah tantangan globalisasi. Dengan tetap menjaga tradisi dan identitas melalui busana adat, Bali mampu menonjolkan keunikan budayanya tanpa harus kehilangan jati diri di tengah modernisasi.
“Busana adat adalah simbol kebanggaan dan identitas kami sebagai orang Bali. Dengan memakai busana adat, kami merasa terhubung dengan leluhur dan warisan budaya yang harus kami lestarikan,” ungkap seorang warga di Gianyar yang turut mendukung kebijakan ini.
Selain itu, kebijakan ini juga menanamkan rasa cinta terhadap budaya lokal pada generasi muda. Di sekolah-sekolah, para siswa mulai terbiasa mengenakan busana adat setiap Kamis, yang tidak hanya mendidik mereka tentang pentingnya melestarikan budaya, tetapi juga meningkatkan rasa bangga terhadap identitas mereka sebagai generasi penerus Bali.
Menjaga Warisan Leluhur untuk Masa Depan Bali
Di bawah kepemimpinan Wayan Koster, Bali berhasil menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak hanya bisa berjalan seiring dengan kemajuan ekonomi, tetapi juga dapat menjadi salah satu kunci dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan berbudaya. Kebijakan penggunaan busana adat Bali telah menjadi simbol kekuatan budaya dan spiritual Bali yang berakar kuat, sekaligus pendorong perkembangan ekonomi kreatif dan industri tradisional.
Dengan kebijakan ini, Bali menunjukkan bahwa modernisasi tidak harus menghilangkan identitas lokal. Sebaliknya, tradisi dan budaya lokal bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan global di masa depan. Pulau Dewata, dengan segala keindahan alam dan kekayaan budayanya, terus berbenah menuju masa depan yang lebih baik, di mana keseimbangan antara skala dan niskala tetap menjadi prioritas utama.(TimNewsyess)
TAGS :
Polling Dimulai per 1 Juli 2024