Tokoh
Macannya Jadi Kucing Oleh : Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum. Akademisi Universitas Dwijendra
Selasa, 19 November 2024
I ketut Suar adnyana
Metafora perbandingan antara "macan" dan "kucing anggora" dalam konteks Prabowo digunakan dalam wacana politik saati ini untuk mengomentari gaya atau kebijakan Prabowo.
Tentu perbedaan pandangan ini wajar berbeda. Mengapa dijuluki macan (macan asia) dan mengapa pada akhirnya dijuluki kucing anggora?
Metafora macan dan kucing ini dipakai untuk menggambarkan kepemimpinan prabowo yang tidak memiliki konsistensi.
Kegarangan Prabowo dalam berpidato setelah dilantik menjadi presiden seolah memberikan harapan kehausan masyarakat akan presiden yang tegas dan lugas dalam memimpin.
Janji akan memberantas korupsi memberikan harapan agar para koruptor dimiskinkan. Masyarakat kemungkinan sudah jenuh dengan drama-drama pemberantasan korupsi akan dimainkan jelang -jelang tahun-tahun poilitk.
Korupsi telah meraja-lela di segala sektor. Namun harapan masyarakat tampaknya akan sirna.
Gaya pidato Prabowo yang berapi-api setelah pelantikannya menarik perhatian nitizen sehingga netizen menjuluki macan Asia.
Pabrowo dimetaforakan sebagai macan karena Prabowo memiliki ketegasan, kekuatan, atau aura kepemimpinan yang kuat.
Sebagai seorang mantan jenderal, sosok ini digambarkan memiliki kemampuan dan sikap yang keras serta tegas dalam berhadapan dengan situasi sulit atau dalam membuat keputusan strategis.
Penegak hukum baru menyasar Tom Lembong. Masyarakat mengetahui Tom Lembong adalah penduking Anis saat pilpres 2024.
Apakah penegak hukum berani menyasar mantan menteri perdagangan yang lain? Penahanan Tom Lembong menuai pro dan kontra dalam masyarakat.
Kasus yang lagi hangat saat ini adalah terungkapnya mafia judi online. Apakah Parbowo berani mengungkap dan menggulung mafia judi online?
Masyarakat sudah terlanjur kecewa dengan langkah Prabowo. Garang di podium tetapi kurang garang di lapangan. Akibat sikap Prabowo yang kontradiktif ini, netizen ramai-ramai menjuluki Prabowo sebagai kucing anggora.
Kucing tidaklah segarang macan. Kucing hanya garang pada binatang tetentu. Berbeda dengan macan. Macan adalah raja hutan.
Tentu macan akan garang dengan segala binatang. Diharapkan Prabowo akan garang dan menindak secara hukum siapa yang melakukan kesalahan.
Dualisme kepribadian Prabowo menambah ‘’ketidakpercayaan masyarakat’’. Ibaratnya Prabowo sein kiri belok kanan.
Belum genap 100 hari kepeminpinan Prabowo sudah menunjukkan dualisme kepribadiannya. Misalnya cawe-cawe dalam pilkada.
Hal ini tentu melukai masyarakat dan kemungkinan pendukung Prabowo. Masyarakat mencurigai Prabowo berada dalam bayang-bayang seseorang.
Prabowo pada satu kesempatan menyatakan tidak akan mencampuri pilkada tetapi pada kesempatan lain Prabowo jelas-jelas meminta masyarakat mendukung salah satu paslon.
Walaupun Prabowo sebagai ketum partai tetapi jangan lupa Prabowo adalah Presiden Republik Indonesia.
Dengan dualisme kepribadiannya inilah muncul metafora macan dan kucing. Prabowo yang awalnya dimetaforakan dengan macam.
Namun, karena kepribadiannya yang mendua dan cenderung meningkari kata-katanya sendiri, Prabowo dimetaforakan menjadi kucing anggora.
Kucing anggora adalah kucing piaraan yang sangat disukai oleh masyarakat penggemar kucing.
Tampilannya yang menggemaskan dan kucing anggora merupakan kucing yang sangat setia pada majikannya.
Baca juga:
Kakek Berumur 90 Tahun Ditemukan Setelah 4 Hari Hilang, Berkat Upaya Personel Polsek Sukawati
Masyarakat tetap berharap, Prabowo akan tetap menjadi macan dan tidak pernah menjadi kucing anggora
TAGS :
Polling Dimulai per 1 Juli 2024