Tokoh
Makna Siwaratri: Mencari Terang dalam Kegelapan Menuju Peleburan Papa Klesa Oleh: I K. Satria
Minggu, 26 Januari 2025
Makna malam siwalatri
BALI | Newsyess.com - Sebentar lagi, umat Hindu akan menyambut Hari Suci “Siwaratri”, hari pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa. Siwa, sebagai salah satu dari Tri Murti, adalah pemralina, yaitu yang bertugas mengembalikan segala sesuatu ke asal mulanya. Siwaratri menjadi momentum spiritual yang sangat penting bagi umat Hindu, khususnya di Bali, karena dipercaya sebagai kesempatan untuk melebur dosa dan mencapai pencerahan batin.
Dalam tradisi Hindu, “Brata Siwaratri” menjadi inti dari perayaan ini. Kisah “Lubdaka” dalam “Susastra Siwaratrikalpa” yang berhasil mencapai alam Siwa menjadi inspirasi utama umat untuk menjalankan brata ini. Namun, bagaimana sebenarnya pelaksanaan Brata Siwaratri ini mampu memberikan kekuatan luar biasa bagi kita untuk melebur karma dan menemukan pencerahan?
Keagungan Brata Siwaratri dalam Kitab Suci
Kitab-kitab suci Hindu seperti “Siwa Purana”, “Skanda Purana”, “Garuda Purana”, hingga “Padma Purana” memuat kisah-kisah tentang kehebatan Brata Siwaratri.
- Siwa Purana: Dalam bagian “Jnana Samhita”, diceritakan seorang manusia bernama Rurudruha, yang meski memiliki kehidupan penuh dosa, mampu mencapai pembebasan melalui Brata Siwaratri.
- Skanda Purana: Mengisahkan tentang Canda, seorang manusia jahat, yang akhirnya memperoleh pencerahan dan mencapai alam Siwa setelah menjalankan Brata Siwaratri.
- Garuda Purana: Memuat percakapan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati, di mana Dewa Siwa menegaskan bahwa Brata Siwaratri adalah sarana terbaik untuk melebur dosa.
- Padma Purana: Mengisahkan seorang pemburu bernama Nisada, yang berhasil mencapai pembebasan setelah melakukan Brata Siwaratri.
Dari kisah-kisah ini, kita diajarkan bahwa Brata Siwaratri bukan hanya ritual, melainkan jalan spiritual untuk menuju kebebasan sejati, yaitu penyatuan dengan Siwa.
Makna dan Pelaksanaan Brata Siwaratri
Brata Siwaratri dilakukan dengan tiga praktik utama:
1. Jagra (tidak tidur semalam suntuk): Melambangkan kewaspadaan batin dan perjuangan melawan kemalasan.
2. Upawasa (berpuasa): Sebagai simbol pengendalian diri dan penyerahan total kepada Siwa.
3. Monobrata (berdiam diri dan bermeditasi): Untuk merenungkan keberadaan diri dan mendekatkan jiwa kepada Tuhan.
Brata ini dilakukan pada “Purwanining Tilem Kepitu”, malam tergelap dalam setahun, yang menjadi simbol kegelapan pikiran manusia. Malam ini mengajarkan kita bahwa dalam gelap sekalipun, ada kesempatan untuk menemukan terang melalui Vidya (pengetahuan suci) yang dianugerahkan oleh Siwa.
Dewa Siwa, sebagai manifestasi pemberi pencerahan, dipercaya mampu menyinari pikiran yang terliputi oleh awidya (kegelapan batin). Melalui pelaksanaan Brata Siwaratri dengan tulus, umat Hindu diingatkan untuk terus merenung dan menyadari keberadaan diri sebagai ciptaan-Nya.
Pencerahan sebagai Tujuan Siwaratri
Hakikat Siwaratri adalah penyadaran diri. Kesadaran ini mencakup tiga hal:
- Sadar bahwa manusia perlu bekerja dan berkontribusi bagi kehidupan.
- Sadar akan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, sehingga pemujaan adalah bentuk rasa syukur.
- Sadar bahwa segala sesuatu dalam hidup perlu disyukuri sebagai anugerah.
Brata Siwaratri bukan hanya ritual tahunan, melainkan pengingat bahwa pencerahan harus menjadi tujuan hidup sehari-hari. Rahmat Siwa tidak terbatas pada malam Siwaratri saja, melainkan bisa dirasakan kapan saja jika kita hidup dengan penuh kesadaran.
Hari Suci Siwaratri mengajarkan kita untuk mencari terang dalam kegelapan. Dengan melaksanakan Brata Siwaratri secara tulus dan bersungguh-sungguh, kita akan mampu melebur karma buruk, merenungi diri, dan mencapai penyatuan dengan Siwa. Semoga rahmat Siwaratri membawa kita pada hidup yang lebih bermakna dan tercerahkan.
Rahajeng Nyanggra Rahina Suci Siwaratri. (TimNewsyess)
TAGS :