News

Malam Pengerupukan dalam Parade Ogoh-Ogoh: STT Kundalini Sakti Banjar Tri Wangsa Hadirkan

 Minggu, 30 Maret 2025

Malam pengerupakan di Desa adat suwat

Newsyess.com, Gianyar. 

GIANYAR | Newsyess.com – Malam Pengerupukan menjadi panggung bagi kebangkitan mitos dan legenda yang diwariskan turun-temurun. Dalam denting gamelan yang menggema dan cahaya obor yang menerangi wajah-wajah penuh semangat, Sekaa Teruna Teruni (STT) Kundalini Sakti Banjar Tri Wangsa mempersembahkan sebuah kisah epik melalui parade ogoh-ogoh mereka yang berjudul "Dadong Guliang".  

Di bawah kepemimpinan “Ngakan Putu Rio”, STT Kundalini Sakti dengan penuh dedikasi menghidupkan kembali kisah mistis yang telah lama menjadi bagian dari folklore masyarakat Bali. Dadong Guliang, sosok perempuan sakti dari Desa Akah, Klungkung, hadir dalam rupa megah dan menyeramkan, membawa aura mistis yang membuat bulu kuduk meremang.  

Misteri dan Keangkeran Sosok Dadong Guliang
  
Dikisahkan, Dadong Guliang adalah seorang wanita dari Desa Guliang, Bangli, yang kemudian menetap di Desa Akah, Klungkung. Ia bukan perempuan biasa, melainkan seorang yang memiliki ilmu linuwih, mampu memisahkan jiwa dan raga. Kesaktiannya yang luar biasa membuatnya disegani sekaligus ditakuti. Namun, di balik kekuatannya, tersembunyi hati yang penuh luka akibat perlakuan tidak adil dari masyarakat yang menganggapnya sebagai penyebar ilmu hitam.  

Rasa sakit hati yang mendalam membuatnya berbalik murka. Dengan kekuatan mistisnya, Dadong Guliang menyebarkan wabah penyakit yang melanda desa. Warga jatuh sakit, bahkan tak sedikit yang meregang nyawa. Keadaan yang semakin mencekam membuat pemimpin desa melaporkan kejadian ini kepada Raja Klungkung. Raja pun mengutus prajuritnya untuk menangkap Dadong Guliang dan membawanya ke istana guna diadili.  

Namun, tidak semudah itu. Dadong Guliang menolak takdir yang hendak dipaksakan kepadanya. Ia menantang raja dalam pertarungan sengit, memperlihatkan kesaktiannya yang luar biasa. Dengan kemampuannya, ia berubah menjadi sosok raksasa, menjelma dalam wujud Ogoh-Ogoh yang mengerikan.  

Dari Legenda ke Panggung: Keagungan dalam Fragmen Tari dan Drama
 
Pementasan fragmen tari dan drama dalam parade Ogoh-Ogoh ini dibagi menjadi beberapa babak, yang menggambarkan perjalanan Dadong Guliang dari seorang perempuan biasa hingga menjadi sosok yang ditakuti.  

1. Babak Pertama: Perjalanan Sang Pendekar Ilmu Hitam
  
Dalam temaram malam, sosok Dadong Guliang muncul. Ia melakukan ritual "ngelekas", mengubah wujudnya menjadi lebih menyeramkan. Dengan tarian mistis yang mengalun dalam ritme gamelan, penonton disuguhkan adegan yang menggambarkan bagaimana ia mendalami ilmu hitam di pemakaman, mencari kekuatan yang kelak menjadikannya legenda.  

2. Babak Kedua: Kehidupan Desa yang Terguncang
  
Suasana berubah menjadi cerah. Penduduk desa menjalani kehidupan mereka dengan damai bertani, berdagang, dan berkumpul di pasar. Namun, di balik keramaian itu, bahaya telah mengintai. Dadong Guliang muncul sebagai seorang penjual makanan, menawarkan dagangan yang tampak lezat. Dua pemuda, Nyoman dan Ketut, tertarik dan membeli dagangannya tanpa curiga.  

Namun, setelah menyantap makanan itu, mereka merasakan sakit yang luar biasa. Warga desa satu per satu mulai tumbang, perut mereka melilit, tubuh mereka lemas tak berdaya. Desas-desus pun menyebar bahwa semua ini adalah ulah Dadong Guliang, yang menggunakan ilmunya untuk mencelakai mereka.  

3. Babak Ketiga: Keputusan Raja dan Pertarungan Epik  

Dalam kepanikan, pemimpin desa bergegas menghadap Raja Klungkung untuk melaporkan kejadian ini. Raja, dengan penuh ketegasan, memerintahkan pasukannya menangkap Dadong Guliang dan mengusirnya dari desa.  

Namun, Dadong Guliang tidak tinggal diam. Ia menolak tunduk dan memilih bertarung. Pertempuran pun pecah! Dengan gerakan tarian yang penuh energi, prajurit kerajaan berusaha menundukkan Dadong Guliang, namun kesaktiannya terlalu besar. Dalam adegan klimaks yang memukau, ia berubah menjadi Ogoh-Ogoh raksasa, menari dalam kengerian, melambangkan kebesaran ilmunya yang sulit ditaklukkan.  

Parade Ogoh-Ogoh: Menghidupkan Nilai-Nilai Tradisi dan Refleksi Diri
  
Pementasan Dadong Guliang dalam parade Ogoh-Ogoh malam Pengerupukan bukan sekadar hiburan. Ini adalah cerminan bagaimana masyarakat Bali mengolah legenda menjadi pengingat moral. Kisah ini mengajarkan bahwa kekuatan yang disalahgunakan hanya akan membawa kehancuran, dan bahwa kesaktian tanpa kebijaksanaan akan berujung pada kehancuran diri sendiri.  

Ketua STT Kundalini Sakti, Ngakan Putu Rio, menyampaikan bahwa pementasan ini adalah bagian dari komitmen Sekaa Teruna Teruni dalam melestarikan budaya Bali.  

"Kami ingin menunjukkan bahwa cerita-cerita lama bukan sekadar dongeng, tetapi memiliki pesan mendalam tentang kehidupan. Melalui parade Ogoh-Ogoh ini, kami berharap generasi muda tetap menghargai warisan leluhur dan terus menjaga budaya Bali," ujarnya.  

Seiring dengan usainya pementasan, suara gamelan perlahan mereda, dan Ogoh-Ogoh Dadong Guliang dibakar dalam kobaran api suci. Malam Pengerupukan pun mencapai puncaknya simbolisasi pembakaran ego, pembersihan energi negatif, dan kesiapan hati untuk menjalani Brata Penyepian dengan ketenangan dan kesucian.  

Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1947. Dalam keheningan, kita kembali pada jati diri, menyatu dengan semesta, dan menemukan cahaya baru dalam kehidupan. (TimNewsyess)


TAGS :