Tokoh

Malam Pengerupukan di Desa Adat Suwat: Harmoni Tradisi, Kebersamaan, dan Harapan Masa Depan

 Minggu, 30 Maret 2025

Bendesa adat suwat

Newsyess.com, Gianyar. 

GIANYAR | Newsyess.com – Di bawah langit yang mulai temaram, suasana sakral menyelimuti Catus Pata Desa Adat Suwat pada Jumat, 28 Maret 2025. Malam Pengerupukan salah satu rangkaian penting dalam menyambut Hari Raya Nyepi berlangsung dengan lancar dan penuh kedamaian. Ratusan warga berkumpul, membawa semangat kebersamaan dalam menjaga tradisi warisan leluhur.  

Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, ST, menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap seluruh masyarakat yang telah mendukung jalannya perayaan ini. Dari prosesi Melasti, Pengerupukan, hingga menuju Brata Penyepian, semua berlangsung dengan aman dan khidmat.  

Menghidupkan Tradisi, Menghormati Leluhur
  
Dalam perbincangan dengan Newsyess, Ngakan Putu Sudibya menuturkan bahwa perayaan di Desa Adat Suwat tahun ini berjalan dengan sangat baik.  

"Kita patut bersyukur, seluruh rangkaian Nyepi di Desa Adat Suwat berlangsung dengan aman dan lancar. Dari upacara Melasti yang menyucikan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (diri manusia), hingga prosesi Pengerupukan yang melambangkan pengusiran energi negatif, semua berjalan dengan penuh kebersamaan. Harapan kami, saat Brata Penyepian esok hari, seluruh masyarakat bisa menjalankan Catur Brata Penyepian dengan khusyuk dan penuh kesadaran," ujarnya.  

Lebih lanjut, ia juga mengapresiasi keterlibatan Sekaa Teruna Teruni (STT) dalam perayaan ini. Tiga kelompok Sekaa Teruna yakni STT Budi Luhur Banjar Suwat Kaja kemudian , STT Darma Laksana dari Banjar suwat Kelod dan STT Kundalini Sakti banjar Triwangasa turut ambil bagian dengan penuh semangat, memastikan bahwa tradisi tetap hidup dan lestari dari generasi ke generasi.  

"Kami sangat mengapresiasi antusiasme para pemuda-pemudi dalam menjaga dan melaksanakan tradisi ini. Semoga di tahun-tahun mendatang, perayaan ini semakin berkembang dan bahkan bisa menjadi parade budaya yang lebih besar, melibatkan STT dari luar Desa Adat Suwat," tambahnya.  

Dukungan Penuh untuk Generasi Muda
 
Ngakan Putu Sudibya juga menegaskan bahwa Desa Adat Suwat selalu berkomitmen dalam mendukung pengembangan generasi muda, baik dalam aspek budaya maupun kepemimpinan.  

"Kami sadar bahwa generasi muda adalah penerus adat dan budaya kita. Oleh karena itu, kami di Desa Adat Suwat telah mengalokasikan anggaran khusus setiap tahunnya untuk mendukung kegiatan mereka. Selain itu, berbagai usaha desa juga diarahkan untuk memberikan bantuan yang berkelanjutan, sehingga mereka bisa berkembang secara maksimal," paparnya.  

Ia berharap di masa depan, peran desa dalam mendukung kegiatan pemuda semakin besar, tidak hanya dalam aspek pendanaan, tetapi juga dalam pendampingan dan pelatihan kepemimpinan.  

"Mereka bukan hanya pelestari budaya, tetapi juga calon pemimpin desa di masa depan. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali dengan ilmu, kreativitas, dan inovasi agar mampu membawa adat dan budaya Bali ke tingkat yang lebih tinggi," tuturnya.  

Nyepi Dulu dan Sekarang: Dinamika yang Berbeda, Makna yang Tetap Abadi
  
Ketika ditanya mengenai perbedaan Nyepi di masa lalu dan sekarang, Ngakan Putu Sudibya menjelaskan bahwa setiap generasi memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan merayakan tradisi ini.  

"Setiap tahun pasti ada perbedaan. Tema ogoh-ogoh yang diangkat oleh Sekaa Teruna pun berbeda-beda. Tahun ini, banyak yang mengambil tema Danyong Buliang dan sejenisnya. Tapi yang paling penting bukan hanya bentuknya, melainkan bagaimana mereka mengorganisir dan menampilkan kreativitas mereka," jelasnya.  

Namun, meskipun ada perbedaan dalam teknis perayaan, nilai dan makna Nyepi tetap sama. Ini adalah momen untuk introspeksi diri, menyelaraskan kembali hubungan dengan alam, dan menumbuhkan kesadaran spiritual yang lebih dalam.  

Harapan untuk Masa Depan: Menjaga Warisan Leluhur
  
Menutup perbincangan, Ngakan Putu Sudibya menyampaikan harapan besarnya kepada generasi muda.  

"Kami berharap generasi muda tetap kuat, berkarakter, dan setia menjaga adat serta budaya Bali. Budaya ini adalah identitas kita, dan kita harus mempertahankannya dengan penuh kebanggaan. Mari terus berinovasi, terus berkreasi, tetapi tetap berakar pada nilai-nilai kearifan lokal. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat pun akan meningkat seiring dengan lestarinya adat dan budaya kita," tutupnya.  

Malam Pengerupukan pun berakhir dengan penuh syukur. Ogoh-ogoh yang diarak telah melaksanakan tugasnya sebagai simbol penyucian, mengusir Bhuta Kala agar keseimbangan kembali terjaga. Kini, Desa Adat Suwat bersiap menyambut Hari Raya Nyepi, merayakan kesunyian dengan penuh kedamaian dan harapan.  

Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1947. Semoga dalam keheningan, kita menemukan cahaya baru untuk kehidupan yang lebih baik.(TimNewsyess)


TAGS :