Gianyar, Newsyess.com - Di tengah semarak persiapan Penampahan Galungan, ada kisah yang menyalakan harapan dan kehangatan di sudut sederhana Banjar Suwat Kelod, Desa Suwat, Gianyar. Di sana, pasangan lansia, Wayan Suatra (66) dan Ni Made Ngenteg (62), menjalani hari-hari penuh tantangan, berjuang melawan penyakit yang membelenggu tubuh mereka. Sang istri, Made Ngenteg, menderita infeksi ginjal yang telah membuatnya terbaring lemah di tempat tidur lebih dari setahun. Tak hanya itu, matanya kini semakin kabur dan tubuhnya lumpuh, membuat setiap gerakan terasa mustahil tanpa bantuan.

Di sampingnya, Wayan Suatra, sang suami, telah lebih dari enam tahun menjalani kehidupan dengan tubuh yang setengah lumpuh akibat stroke. Meski begitu, ia tetap berusaha keras menyambung hidup mereka dengan membuat dan menjual ceper canang dari anyaman busung putih. Setiap hari, penghasilannya hanya Rp10.000 hingga Rp15.000, jumlah yang jauh dari cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Mereka hidup dalam kesederhanaan, bergantung pada bantuan pemerintah dan uluran tangan masyarakat yang peduli pada nasib mereka.

Dengan tubuh yang semakin renta dan penuh luka, Made Ngenteg berharap mendapatkan bantuan berupa kursi roda agar bisa sedikit membantu suaminya membuat ceper. “Saya kasihan melihat suami saya bekerja keras, meski tubuhnya sendiri sudah lemah akibat stroke,” ujarnya dengan suara yang bergetar, menggambarkan betapa besarnya cinta dan kekhawatirannya pada sang suami.

Dalam suasana Penampahan Galungan, Redaksi Newsyess hadir dengan hati yang penuh kehangatan. Dipimpin oleh Ngakan Putu Suardika, atau yang akrab disapa Ngakan Yess, mereka membawa secercah harapan bagi pasangan ini. Bantuan berupa paket kebasa dan seekor ayam potong diberikan, sebagai bentuk kepedulian agar pasangan tersebut dapat merasakan kehangatan perayaan Galungan, meski dalam kesederhanaan. "Ini bukan soal besar atau kecilnya bantuan, tetapi tentang bagaimana kita dapat saling mendukung di saat-saat sulit," ujar Ngakan Yess dengan penuh haru.

Ngakan Yess menyampaikan, “Berbagi adalah bahasa cinta yang paling murni. Di dalamnya, kita menunjukkan kepedulian, bahwa kita saling mendukung di kala suka dan duka.” Kata-kata tersebut menyentuh hati setiap orang yang hadir, mengingatkan kita bahwa di balik setiap kesulitan, ada tangan-tangan yang siap membantu dan hati-hati yang tulus berbagi.

Tak hanya itu, Ngakan Yess juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai lembaga keuangan di Bali seperti LPD Bali, BPR, Gerakan Koperasi Bali, dan Bank BPD Bali yang telah mendukung kegiatan ini. Dukungan mereka menjadi simbol semangat gotong royong, menyatukan kekuatan untuk menolong mereka yang paling membutuhkan.

Bagi Wayan Suatra dan Made Ngenteg, bantuan ini bukan hanya sekadar materi. Ini adalah bukti bahwa di tengah segala keterbatasan, masih ada harapan dan kasih sayang yang mengalir dari sesama. Di setiap suap makanan yang mereka nikmati dari bantuan tersebut, terselip doa dan harapan agar mereka segera sembuh dari derita yang mereka tanggung.

“Terima kasih kepada Redaksi Newsyess dan semua yang telah peduli pada kami. Semoga kebaikan ini dibalas dengan limpahan berkah,” ucap Wayan Suatra dengan mata berkaca-kaca. Meski tangan dan tubuhnya lemah, hatinya penuh syukur atas bantuan yang telah meringankan beban mereka.

Momen Penampahan Galungan ini menjadi pengingat akan pentingnya kepedulian dan kebersamaan. Di tengah kesulitan hidup yang mereka hadapi, Wayan Suatra dan Made Ngenteg kini tak lagi merasa sendiri. Ada tangan-tangan yang menyapa, ada cinta yang mengalir, dan ada harapan yang terus hidup.

Bagi Redaksi Newsyess, aksi ini bukanlah akhir, tetapi langkah kecil dari perjalanan panjang untuk terus menyebarkan cinta dan kepedulian kepada masyarakat Bali. Semoga, di setiap perayaan Galungan dan Kuningan, tak ada lagi yang merasa terabaikan, karena kasih sayang akan selalu menemukan jalannya.(TimNewsyess)