Tokoh

Perjalanan Kopi Luwak di Gua Gajah: Dari Kontrakan Kecil hingga Destinasi Wisata Edukasi Di Gianyar

 Minggu, 09 Maret 2025

Kopi luwak coffee goa gajah

Newsyess.com, Gianyar. 

GIANYAR | Newsyess.com – Di balik secangkir kopi yang nikmat, tersimpan perjalanan panjang penuh perjuangan. Begitu pula kisah perjalanan seorang pengusaha kopi luwak di Gua Gajah, Gianyar, Bali. Berawal dari sebuah kontrakan kecil saat pandemi Covid19 melanda, kini bisnisnya berkembang menjadi destinasi wisata edukasi yang menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.

Awal Perjalanan: Dari Kontrakan ke Gua Gajah
Pengelola Alas Sari Luwak coffee, I Gusti Ngurah Ariawan atau biasa di panggil Ajik Arya Ketika di temui Newsyess pada, Minggu, 9/3/2025 di Goa Gajah Gianyar Pengusaha ini memulai bisnis kopinya berawal dari kebiasaan dan kesenangannya ia Ngopi dari sejak menjadi Guide Itali. Awalnya, ia tidak memiliki lahan sendiri dan hanya mengontrak di daerah Kayu Amur, dekat Biastana. Selama tiga tahun pertama, ia merintis usahanya dari tempat tersebut sebelum akhirnya pindah ke Gua Gajah.

Di Gua Gajah, ia menjalin kerja sama dengan pemilik lahan, yang berlangsung selama 10 hingga 15 tahun. Setelah itu, ia mulai mengembangkan bisnisnya lebih mandiri, tetap berkolaborasi dengan para driver, pemandu wisata (guide), dan komunitas kopi lainnya untuk memperluas pemasaran. Kini, bisnisnya berpusat di area parkir Gua Gajah dengan luas sekitar 15 are.

Menjaga Kualitas Kopi Luwak dengan Fermentasi Alami
Kopi yang diproduksi di tempat ini terdiri dari dua jenis utama: kopi Arabika dan kopi Robusta. Namun, yang menjadi daya tarik utama adalah kopi luwak, yang terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Kopi ini melalui proses fermentasi alami di dalam perut luwak, yang secara alami memilih buah kopi terbaik untuk dikonsumsi.

"Luwak memiliki insting penciuman yang tajam. Ia hanya akan memakan buah kopi dengan kualitas terbaik. Proses fermentasi di dalam perutnya membuat rasa kopi lebih halus dan memiliki tingkat keasaman yang lebih rendah," ungkap sang pemilik.

Setelah dikeluarkan melalui kotoran luwak, biji kopi dicuci berulang kali dengan air panas hingga benar-benar bersih. Selanjutnya, biji kopi dijemur dan dipanggang (roasting) secara tradisional menggunakan kayu bakar, tanpa mesin modern.

Wisata Edukasi Kopi: Menikmati Alam Sambil Belajar
Tempat ini tidak hanya menawarkan kopi berkualitas, tetapi juga pengalaman edukatif. Pengunjung bisa melihat langsung proses pengolahan kopi, mulai dari pemilihan biji kopi, fermentasi oleh luwak, hingga proses roasting secara tradisional.

Selain itu, pengunjung juga dapat melihat luwak secara langsung dan memahami bagaimana hewan ini berperan dalam proses produksi kopi. Namun, pemilik menegaskan bahwa luwak tidak diberi kopi setiap hari. "Kami hanya memberi kopi tiga kali seminggu, selebihnya mereka diberi makanan lain seperti pisang dan pepaya untuk menjaga keseimbangan nutrisinya," jelasnya.

Tidak hanya edukasi, tempat ini juga menawarkan suasana nyaman untuk menikmati kopi dengan pemandangan alam yang asri. Ada tiga bangunan utama di area ini: bangunan tempat para pemandu wisata memberikan informasi, dapur untuk menjelaskan proses kopi, dan area utama tempat menikmati kopi, yang dapat menampung hingga 50 orang.

Harga dan Fasilitas: Menikmati Kopi Tanpa Biaya Masuk
Menariknya, tempat ini tidak memungut tiket masuk. Bahkan, pengunjung diberikan tester kopi dan teh secara gratis sebagai bentuk promosi dan kepercayaan terhadap kualitas produk.

Berikut adalah harga kopi di tempat ini:
Kopi Luwak: Rp50.000 per cangkir (harga lokal Rp35.000)
Teh herbal: Rp30.000 per cangkir (harga lokal Rp15.000)
Kopi biasa: Rp25.000 per cangkir
Kopi Luwak bubuk asli: Rp3.500.000 per kilogram

Menurut pemilik, kopi luwak memiliki keunggulan kesehatan karena kandungan kafeinnya lebih rendah dibanding kopi biasa, sehingga tidak menyebabkan panas dalam.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan
Seperti bisnis lainnya, usaha kopi ini mengalami tantangan, terutama dalam menghadapi musim sepi wisatawan. "Dua bulan terakhir ini, kunjungan agak menurun. Namun, kami tetap optimis karena ada pola high season dan low season. Biasanya, bulan Juni hingga Agustus ramai, sedangkan awal tahun agak sepi," jelasnya.

Pemilik juga berharap adanya dukungan dari pemerintah, khususnya dalam bentuk pelatihan dan edukasi bagi generasi muda tentang budidaya dan pengolahan kopi. "Kami butuh pendampingan dalam manajemen bisnis, pemasaran, dan teknologi pengolahan kopi agar bisa lebih berkembang," tambahnya.

Untuk saat ini, bahan baku kopi masih mudah didapat, sebagian besar berasal dari Kintamani dan Tabanan. Ke depan, ia berencana mengembangkan konsep kopi modern seperti espresso dan latte, namun tetap mempertahankan metode tradisional untuk menjaga keunikan produknya.

Menjaga Harmoni dengan Alam
Bagi pemilik, bisnis kopi bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga menjaga keseimbangan dengan alam. "Alam harus kita jaga. Menanam pohon kopi atau pohon lainnya adalah bentuk penghormatan kita kepada alam. Ketika alam seimbang, manusia, hewan, dan tumbuhan bisa hidup berdampingan dengan harmonis," tutupnya.

Bagi pecinta kopi yang ingin merasakan pengalaman unik ini, lokasi Gua Gajah Coffee Plantation bisa dikunjungi di area parkir Gua Gajah, Bedulu, Gianyar, Bali, buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 18.00 WITA, Kontak WA : 0859-5504-4238 bahkan bisa lebih malam jika ada tamu yang ingin menikmati kopi sambil bersantai. (TimNewsyess)


TAGS :