Gianyar | Newsyess.com – Di balik tembok rumah sederhana di Banjar Triwangsa, Desa Suwat, Gianyar, terdapat seorang perempuan tangguh yang hidupnya diabdikan untuk yadnya dan dharma. Ia adalah Desak Putu Lilir, usia 60 tahun, seorang serati banten pengabdi tenang yang setiap hari merangkai makna lewat bebantenan untuk berbagai upacara di desa adat. Meski tubuhnya kini digerogoti sakit di bagian kaki hingga membuatnya sulit berjalan dan hanya bisa beraktivitas di rumah, semangat pengabdiannya tak pernah surut.

Menjelang perayaan Hari Raya Galungan, Redaksi Newsyess kembali menjalankan misi kasih: berbagi paket “Kebasa”, bingkisan kebutuhan pokok dan bumbu dapur untuk mendukung perayaan hari suci. Dalam suasana yang hangat dan penuh haru, paket tersebut diserahkan langsung kepada Desak Putu Lilir dengan pendampingan dari Babinsa dan Bhabinkamtibmas Desa Suwat, sebagai simbol kehadiran negara di sisi rakyat kecil.

“Kami tidak datang dengan megah, tapi dengan cinta yang tulus. Karena kasih sejati tak butuh panggung, cukup sampai ke hati,” ujar Ngakan Putu Suardika, Pimpinan Redaksi Newsyess, yang kerap disapa Ngakan Yess, dalam kunjungan itu.

Ia menyampaikan bahwa Galungan bukan hanya perayaan kemenangan dharma atas adharma, tetapi juga momentum untuk menguatkan rasa kemanusiaan, terutama kepada mereka yang berjuang dalam kesunyian.

“Desak Putu Lilir adalah potret ketulusan Bali sejati. Di tengah sakit, ia tetap menjadi pelayan spiritual masyarakat. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan tidak selalu dalam bentuk fisik, tapi ada pada hati yang tak pernah menyerah untuk memberi,” ungkap Ngakan Yess penuh empati.

Tak lupa, Ngakan Yess juga menyampaikan terima kasih mendalam kepada semua pihak yang selama ini mendukung gerakan sosial Newsyess. Dari lembaga-lembaga keuangan hingga para tokoh masyarakat yang diam-diam ikut menyalakan cahaya kecil di sudut-sudut sunyi Bali.

“Terima kasih kepada Bank BPD Bali, LPD, BPR, koperasi-koperasi, dan semua tokoh masyarakat Bali yang menjadi sahabat langkah kecil kami. Karena di balik setiap paket sembako, ada cinta dan harapan yang ingin kami titipkan. Kami percaya, jurnalisme bukan hanya alat informasi, tetapi jembatan kasih bagi mereka yang membutuhkan,” tambahnya.

Desak Putu Lilir menerima bingkisan itu dengan senyum penuh rasa syukur. Meski langkahnya terhenti oleh sakit, hatinya tetap melangkah dalam pengabdian. Banten-banten yang ia buat mungkin tak lagi semeriah dulu, tetapi setiap helai janur yang disentuh tangannya adalah doa yang bergema di alam semesta.

Di desa yang kerap diliputi sunyi dan sejuk, kisah ini mengajarkan bahwa berbagi tak harus menunggu kaya, dan memberi tak selalu harus besar. Kadang, cukup dengan hadir dan tulus. (Tim Newsyess)